Tidak ada sekat tembok yang kokoh, atau batas pagar halaman yang tinggi. Satu-satunya penanda atau pemisah bangunan tersebut hanyalah sebuah tugu lilin tua, yang merupakan simbol perdamaian kerukunan umat beragama. Saat hari raya masing-masing datang, mereka saling menghormati. Bila hari raya Idul Fitri menjelang, para jemaah gereja tidak mempermasalahkan bila masjid Al-Hikmah mengadakan takbiran dan salat Ied.
Begitu juga jemaah masjid, bila Natal akan datang, biasanya gereja akan berhias diri dan mereka tidak mempermasalahkan hal ini. "Kita merasa bangga, bisa hidup bersama meski dengan keyakinan berbeda," ujar Sajadi, salah satu jamaah masjid, ketika ditemui Rabu (18/7) dikutip dari merdeka.com. GKJ Joyodiningratan didirikan tahun 1939, sementara musala Al Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid didirikan tahun 1947. Selama itu, tidak pernah ada perselisihan, toleransi beragama memang sangat kental di sana.
"Selama puluhan tahun kami tak pernah ada konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid," ucap Sajadi lagi. Ketika hari raya masing-masing tiba, jemaah biasanya saling membantu dengan bersama membersihkan halaman atau bersama memperbaiki bangunan bila ada yang perlu direnovasi ringan. Karena harmonisasi yang baik ini, tak jarang dua rumah ibadah tersebut menjadi rujukan pemuka agama seluruh dunia. Ada yang datang dari Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, juga dari Filipina, Jepang, Vietnam.
Memeluk satu agama adalah hak setiap manusia. Betapa indahnya bila semua makhluk beragama dapat saling menghargai dan hidup rukun seperti di Solo ini.
(vem/sya)
sumber | iniunic.blogspot.com | http://unik-aneh.lintas.me/go/vemale.com/subhanallah-indahnya-kerukunan-masjid-dan-gereja-ini-bersebelahan
No comments:
Post a Comment