Thursday, June 13, 2013

Djarum Indonesia Open Super Series Premier : Istora Menangisi Kepergian Taufik Hidayat



http://images.detik.com/content/2013/06/13/79/taufik.jpg
 

Buat publik Istora Senayan atau Indonesia secara umumnya, Taufik Hidayat adalah sosok yang begitu dipuja sekaligus mungkin dibenci. Sang legenda telah meninggalkan banyak warisan untuk dunia perbulutangkisan di negeri ini.

Semalam mungkin akan jadi malam yang ingin dilupakan atau bisa jadi dikenang oleh seluruh penggila bulutangkis di Tanah Air ketika Taufik untuk terakhirnya terlihat beraksi di atas lapangan, berlari ke sana ke mari, mengayunkan raketnya dan menghujamkan smash-nya ke lawan.

Sayangnya, laga terakhir itu tidak di sebuah final, melainkan babak pertama. Menghadapi pemain India, Sai Praneeth B, di turnamen Indonesia Open Super Series Premier 2013, Rabu (12/6/2013) malam, ia kalah tiga set. Sejujurnya, ini bukan perpisahan yang diharapkan Taufik dan juga publik Istora.

Meski demikian, dengan cara apapun Taufik menutup 17 tahun perjalanannya di dunia bulutangkis profesional, dengan segudang prestasi yang dimiliki, ia tetaplah sesosok legenda.

Taufik begitu disegani kawan maupun lawannya. Jika ditanyakan pada Lee Chong Wei atau Lin Dan, kedua pemain top dunia itu pasti akan merindukan rivalitas dan duel-duel sengitnya dengan pria asal Pangalengan, Jawa Barat, itu.

Satu medali emas Olimpiade Athena 2004, satu titel juara dunia dan pemegang rekor juara terbanyak di Indonesia Open, sudah menunjukkan siapa itu Taufik.

Akan tetapi, yang namanya atlet hebat tak akan lengkap tanpa adanya kontroversi. Label 'Bad Boy' yang melekat padanya membuat Taufik sempat jadi "musuh" publik. Ia sempat nyaris "ngabur" ke Singapura sekitar awal tahun 2000-an mengikuti pelatihnya Mulyo Handoyo. Beruntung Chairul Tanjung yang saat itu menjabat Ketua Umum PB PBSI mampu merayu Taufik untuk kembali gabung ke pelatnas.

Belum lagi soal kisah kehidupan pribadinya yang dikelilingi banyak wanita semasa kariernya dan juga gaya hidupnya yang glamour bak artis. Ini pula yang ditenggarai jadi penyebab utama menurunnya prestasi Taufik dalam lima tahun belakangan ini.

Tapi apapun itu, plus minus seorang Taufik, namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu pebulutangkis terbaik yang pernah dilahirkan Indonesia.

"Tentu saja pensiunnya Taufik bikin pendukung sedih. Saya sebagai fans bulutangkis tentu merasa kehilangan dia. Mudah-mudahan ada lagi penerus Taufik," ujar Syarifudin (29 tahun), yang bekerja sebagai pegawai bank swasta di Jakarta kepada detiksport di Istora, Kamis (13/6).

"Saya kemarin sedikit menangis menonton partai terakhir Taufik. Sayang banget harus kalah lagi. Padahal pengennya Taufk maju terus sampai final. Kan bagus tuh partai perpisahannya," timpal salah satu penonton asal Pondok Pinang, Rizka (21 tahun), salah seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri di Jakarta.

Tak cuma Syarifudin atau Rizka yang menangisi kepergian Taufik, tapi publik Istora pun akan sedih karena tak bisa lagi melihat aksi-aksinya di atas lapangan. Good bye, Taufik!

sumber | edan77.blogspot.com | http://sport.detik.com/read/2013/06/13/124446/2272360/79/istora-menangisi-kepergian-taufik-hidayat?991104topnews

No comments:

Post a Comment